Ikhlaslah, Maka Engkau Selamat

Bookmark and Share
Ikhlas adalah salah satu perintah dari Allah swt, sebagaimana firmannya dalam QS Al Bayyinah (98) ayat ke-5, yaitu ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.”

Meninggalkan pekerjaan karena manusia adalah riya’, sedangkan beramal karena manusia adalah syirik. Pertengahannya adalah ikhlas. Al Fudhail berkata, ”Ikhlash adalah Allah melindunginya dari kedua hal tersebut.” Hikayat berikut mengajak untuk kembali meluruskan niat, ikhlas karena Allah swt.

Dahulu kala, ada seorang ahli ibadah yang taat menyembah Allah dalam masa yang lama. Lalu datang suatu kaum kepadanya, mereka berkata, ”Di sana ada suatu kaum yang menyembah pohon selain Allah SWT.”

Demi mendengar berita itu, ia sangat marah. Ia segera mengambil kapak dan memikulnya pada lehernya, lalu bergegas mendatangi pohon itu untuk menebangnya.

Namun iblis menemuinya dalam rupa seorang tua. Iblis bertanya padanya, ”Hendak ke manakah engkau?”

“Aku mau menebang pohon itu,” jawab ahli ibadah itu.

Iblis berusaha mencegahnya, ”Bagaimana engkau ini. Itu berarti engkau meninggalkan ibadah dan kesibukan dirimu. Engkau mencurahkan tenaga untuk urusan lain.”

”Ini termasuk ibadahku.”

Lalu Iblis menghalanginya, ”Aku tidak akan membiarkanmu menebangnya.”

Maka ahli ibadah itu menarik iblis dan membantingnya ke tanah, dan menduduki dadanya.

Iblis memohon padanya, ”Lepaskanlah aku hingga aku berbicara kepadamu.”

Setelah dilepaskan, iblis pun berdiri dan berkata, ”Wahai fulan, Allah telah menggugurkan kewajiban ini darimu. Dia tidak mewajibkannya kepadamu. Cukuplah engkau beribadah, dan tidak diwajibkan kepadamu mengurus orang lain. Allah swt memiliki para nabi di bumi. Kalau Dia menghendaki, niscaya Dia mengutus mereka kepada penghuni bumi, dan memerintahkan mereka untuk menebang pohon itu.”

”Aku tetap harus menebangnya,” tukas ahli ibadah.

Maka iblis menyerangnya. Tetapi ahli ibadah kembali dapat menguasai dan membantingnya, serta menduduki dadanya. Sehingga iblis menjadi lemah.

Lalu iblis berkata, ”Maukah aku tunjukkan kepadamu suatu hal yang memisahkan aku dan kamu? Itu adalah lebih baik dan lebih bermanfaat bagimu.”

”Apakah itu?”

”Lepaskanlah aku sehingga aku mengatakannya padamu,” jawab iblis.

Maka ahli ibadah itu melepaskannya.

Iblis berkata, ”Engkau seorang fakir. Engkau tidak punya apa pun. Engkau hanya menggantungkan diri pada orang lain untuk mencukupi kebutuhanmu. Barangkali engkau ingin memberi kepada saudara-saudaramu dan menolong tetanggamu. Engkau kenyang dan tidak membutuhkan bantuan orang lain.”

”Benar”

”Serahkan urusanmu kepadaku. Pada setiap malam aku akan meletakkan dua dinar di sisi kepalamu. Apabila memasuki waktu pagi, engkau mengambilnya. Sehingga engkau dapat menafkahi diri dan keluargamu, serta bersedekah kepada saudara-saudaramu. Hal itu lebih utama bagimu dan bagi kaum muslim daripada menebang pohon ini yang tumbuh di tempatnya. Menebangnya tidak menyebabkan bahaya bagi mereka, dan tidak pula memberikan manfaat kepada saudara-saudaramu orang-prang mukmin.”

Maka ahli ibadah itu memikirkan apa yang dikatakan iblis, dan berkata di dalam hatinya, ”Orang tua itu benar. Aku bukan nabi yang diharuskan menebang pohon itu. Allah swt pun tidak memerintahku untuk menebangnya. Maka dengan membiarkannya aku tidak berbuat maksiat dan apa yang ia katakan itu lebih banyak manfaatnya.”

Ahli ibadah itu pun membuat perjanjian dengan iblis dan bersumpah padanya, lalu kembali ke tempat peribadatannya. Ketika memasuki waktu pagi, ia melihat dua dinar di sisi kepalanya. Demikian pula pada hari berikutnya hingga hari ketiga.

Tetapi setelah itu ia tidak lagi melihatnya. Maka ia menjadi marah dan membawa kapak di pundaknya.

Lalu iblis menemuinya lagi dalam rupa seorang tua. Iblis bertanya, ”Mau ke mana?”

”Aku akan menebang pohon itu.”

”Engkau berbohong. Demi Allah, engkau tidak akan mampu menebangnya, dan engkau tidak akan dapat melakukannya.”

Maka ahli ibadah itu menarik iblis seperti yang ia lakukan pada pertama kali. Iblis berkata, ”Hayhata (jauh sekali).” Kemudian iblis menarik ahli ibadah itu dan membantingnya.

Tiba-tiba ahli ibadah itu merasa seperti seekor burung kecil di bawah kaki iblis. Lalu iblis menduduki dadanya dan berkata, ”Engkau harus menghentikan hal ini. Jika tidak, maka aku akan membunuhmu.” Ahli ibadah itu hanya bisa memandangnya, ia tidak memiliki kekuatan untuk melawannya.

”Wahai fulan, engkau telah mengalahkanku. Lepaskan aku. Beritahukanlah padaku, mengapa aku dapat mengalahkanmu pada kali pertama, tetapi kini engkau dapat mengalahkanku?” tanya ahli ibadah.

Iblis menjawab, ”Karena pada kali pertama engkau marah karena Allah swt dan niatmu untuk kepentingan akhirat sehingga Allah menundukkanku kepadamu. Tetapi kali ini engkau marah karena nafsumu dan dunia, sehingga aku dapat membantingmu.”

Maka ahli ibadah itu memukuli dirinya, ”Wahai jiwa, ikhlaslah, maka engkau selamat.”

“kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” (QS Al Hijr 15:40)

Sumber: Ihya’ ’Ulumuddin, Al Ghazali.

http://www.pks-jaksel.or.id/Article1908.html

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar

Powered By Blogger