ENDE, KOMPAS.com - Enam bulan ini tidak ada feri yang masuk Pelabuhan Penyeberangan Nangakeo, di Desa Bheramari, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Feri ke Ende hanya masuk Pelabuhan Ippi atau ke Pelabuhan Ende. Hal itu terkait dengan kondisi perairan Nangakeo yang tidak bersahabat. Ombak perairan pelabuhan itu sangat besar, sehingga membahayakan proses bongkar muat, termasuk feri yang sedang bersandar.
"Ada rasa trauma nakhoda masuk ke Pelabuhan Nangakeo, karena alun di sana amat besar. Apalagi cuaca juga tak menentu. Nakhoda yang memutuskan feri bersandar di Ippi atau Pelabuhan Ende," kata Supervisi PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry (Persero) Cabang Ende, Ramadan, Kamis (3/5/2012), di Kupang.
Keberadaan Pelabuhan Nangakeo terkesan menjadi mubazir. Padahal pelabuhan yang diresmikan tahun 2008 itu menelan dana APBN sekitar Rp 21 miliar.
Menurut Ramadan, pihaknya sudah mengusulkan beberapa kali ke instansi terkait, mencermati karakter perairan Nangakeo yang ganas , posisi dermaga agar diubah, sehingga ketika feri bersandar, bagian haluan feri menghadap ke darat atau utara.
Sementara posisi dermaga saat ini mengarah ke barat atau searah dengan bibir pantai. Feri yang bersandar posisinya akan melintang. Hal itu mengakibatkan feri mudah mengalami goncangan, ketika alun besar menerpa. Situasi demikian dapat membahayakan proses bongkar muat barang, turun-naik penumpang, dan kendaraan. Feri juga bisa kandas ke darat.
"Sebaiknya dermaga diubah supaya haluan feri saat bersandar me nghadap ke darat.M eski alun besar, feri tetap dapat masuk. Alun hanya akan membuat feri bergerak naik-turun, tidak tergoncang ke kiri dan kanan. Apalagi situasi saat ini aliran dari muara sungai juga mengarah ke dermaga Nangakeo. Pantulan arusnya sangat kuat," ujar Ramadan.
Ketika dikonfirmasi Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Ende Abraham Badu, membenarkan adanya pengaduan dari PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Ende.
"Sebenarnya sudah ada solusi yang ditawarkan oleh Dinas Perhubungan Provinsi NTT selaku pengelola, yakni dengan pemasangan pemecah gelombang. Survei oleh konsultan juga sudah dilakukan sekitar November 2011 lalu. Namun memang belum ada realisasi sampai saat ini," kata Abraham.
Ramadan mengemukakan pula, dalam dua minggu terakhir tidak ada penyeberangan untuk lintasan Kupang-Ende-Waingapu-Ende-Kupang, karena Kapal Motor Penumpang (KMP) Ile Ape sedang dok di Surabaya.
"Proses dok sekitar empat minggu. Apabila hingga minggu ke-5 dok belum selesai, akan diupayakan feri yang lain untuk melayani lintasan ini," kata Ramadan.
Sementara itu untuk lintasan Sape (Nusa Tenggara Barat)-Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), yang sejak Maret 2012 lalu tiap hari dapat dilakukan dua kali penyeberangan pagi dan sore, saat ini hanya dapat dilaksanakan 3 kali dalam seminggu.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar